Definisi deduksi. Deduksi adalah suatu metode yang menyimpulkan bahwa
data-data empiric diolah lebih lanjut dalam suatu system pernyataan yang
runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode deduktif adalah adanya
perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada
penyelidikan bentuk logis teori itu dengan tujuan apakah teori tersebut
mempunyai sifat empiris atau ilmiah, ada perbandingan dengan teori-teori
lain dan ada pengujian teori dengan jalan menerapkan secara empiris
kesimpulan-kesimpulan yang bias ditarik dari teori tersebut.
Popper
tidak pernah menganggap bahwa kita dapat membuktikan kebenaran-kebenaran
teori dari kebenaran pernyataan-pernyataan yang bersifat tunggal. Tidak
pernah ia menganggap bahwa berkat kesimpulan-kesimpulan yang telah
diverifikasikan, teori-teori dapat dikukuhkan sebagai benar atau bahkan
hanya mungkin benar, contoh : jika penawaan besar, harga akan turun,
karena penawaran beras besar, maka harga beras akan turun.
Silogisme
kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial.
Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat
dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan
premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di
antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term). Contoh:
Semua
tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)
Akasia
adalah tumbuhan (premis minor).
∴ Akasia
membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum
Silogisme Katagorik.
- Apabila salah satu premis
bersifat partikular, maka kesimpulan harus partikular juga.
Contoh:
Semua
yang halal dimakan menyehatkan (mayor).
Sebagian
makanan tidak menyehatkan (minor).
∴
Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).
- Apabila salah satu premis
bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Semua korupsi tidak disenangi (mayor).
Sebagian
pejabat korupsi (minor).
∴
Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).
- Apabila kedua premis bersifat
partikular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Bambang
adalah politikus (premis 2).
Kedua
premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka
kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin
tidak jujur (konklusi).
- Apabila kedua premis bersifat
negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak
ada mata rantai yang menhhubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan
dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kedua
premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
- Apabila term penengah dari
suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Contoh;
semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang
ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.
- Term-predikat dalam kesimpulan
harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak
konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
Kerbau
adalah binatang.(premis 1)
∴
Kambing bukan binatang ?
Binatang
pada konklusi merupakan term negatif sedangkan pada premis 1 bersifat positif
- Term penengah harus bermakna
sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah
bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Bulan itu
bersinar di langit.(mayor)
∴
Januari bersinar dilangit?
- Silogisme harus terdiri tiga
term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan
konklsinya.
Contoh:
Kucing
adalah binatang.(premis 1)
Domba
adalah binatang.(premis 2)
Beringin
adalah tumbuhan.(premis3)
Sawo
adalah tumbuhan.(premis4)
Dari
premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya
Silogisme Hipotetik
Silogisme
hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik,
sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik. Ada 4 (empat) macam tipe
silogisme hipotetik:
- Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika
hujan saya naik becak.(mayor)
Sekarang
hujan.(minor)
∴
Saya naik becak (konklusi).
- Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Jika hujan,
bumi akan basah (mayor).
Sekarang
bumi telah basah (minor).
∴
Hujan telah turun (konklusi)
- Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika
politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
∴
Kegelisahan tidak akan timbul.
- Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh:
Bila
mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak
penguasa tidak gelisah.
∴
Mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Hukum-hukum
Silogisme Hipotetik Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih
mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan
kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hukum
silogisme hipotetik adalah:
- Bila A terlaksana maka B juga
terlaksana.
- Bila A tidak terlaksana maka B
tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
- Bila B terlaksana, maka A
terlaksana. (tidak sah = salah)
- Bila B tidak terlaksana maka A
tidak terlaksana.
Silogisme Alternatif
Silogisme
alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah
satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
∴
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan
kesimpulan. Contoh entimen:
- Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
- Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar