BAGAIMANAKAH ALAM SEMESTA TERBENTUK ?????
Disini akan di jelaskan bagaimana alam semesta terbentuk engan segala isinya. Tulisan I I campuran alias ada yang take from google,,ensiklopedia book and tuangan vikiran saya sendiri lho…simak yah…
Pandangan para ahli tentang terbentuknya alam semesta :
Menurut orang Yunani Kuno
Orang Yunani pada zaman dahulu mengira bahwa langit itu sangat dekat dengan bumi, dan bumi sangat kecil dibandingkan dengan langit. Mereka mengira bumi diatur oleh Dewa, seperti Dewa Helios (Dewa Matahari) dan Dewa Zeus (Dewa Hujan dan Guntur).
Menurut Aristoteles
Seorang filsafat yang hidup sekitar 300 SM yang menerangkan bahwa peredaran Bulan, Venus, Mars dan planet-planet lain. Aristoteles berpendapat bahwa Matahari, planet dan bintang-bintang semua beredar mengelilingi Bumi
Menurut Ptolomeus
Seorang ahli filsafat bangsa Yunani yang hidup 100 tahun setelah Aristoteles, Ptolomeus sampan menyusun teori baru mengenai cakrawala yang juga disebut Kosmos. Teorinya : benda-benda langit itu semua mengelilingi bumi. Teori ini disebut teori Geo Sentris.
Menurut Copernicus
Lahir di Toum-Polandia (1473-1543) anak seorang Uskup Katolik. Teorinya bahwa hanya bulan saja yang betul-betul mengelilingi bumi, sedangkan planet-planet lain tidak, tetapi semuanya mengelilingi Matahari.
Menurut Galileo Galilei
Hidup pada zaman setelah ditemukan Teleskop, tanggal 7 Januari 1610 dengan menggunakan teleskop menemukan Jupiter. Bukan hanya sebuah titik cahaya kecil, melainkan berupa sebuah bola besar dengan empat buah pengiringnya, dia juga membenarkan teori Copernicus.
Pandangan Masyarakat Modern
Dahulu ilmu yang mempelajari tentang asal-usul alam semesta disebut Kosmogoni, sekarang oleh para ahli astronomi modern, kosmogoni yang mempelajari asal-usul dan evolusi alam semesta diperluas meliputi isi alam semesta dan organisasinya.
Melalui Kosmologi yang telah maju, dikemukakan teori-teori terjadinya alam semesta, dimana teori-teori itu dapat
dikelompokkan menjadi tiga teori utama. Tahun 1940 diterangkan terjadinya alam semesta telah menggunakan asas yang sama bahwa alam semesta memuai.
Dua teori tentang terbentuknya alam semesta yaitu :
Teori Ledakan, Suatu massa yang sangat besar yang terdapat di jagat raya dan mempunyai berat jenis yang sangat besar meledak. Massa yang meledak itu kemudian berserakan dan mengembang dengan sangat cepat serta menjauhi pusat ledakan / inti ledakan.
Teori Ekspansi dan Kontraksi, Teori ini berdasarkan adanya siklus dari alam semesta, yaitu massa ekspansi dan massa kontraksi. Diduga siklus ini berlangsung dalam jangka waktu 30.000 juta tahun.
B. TEORI TERBENTUKNYA GALAKSI
Menurut Fowlet, kira-kira 12.000 juta tahun yang lalu galaksi tidaklah seperti sekarang ini. Pada saat itu galaksi masih merupakan kabut gas hydrogen yang sangat besar yang berada di ruang angkasa. Kabut gas hydrogen tersebut
bergerak perlahan-lahan, berputar pada porosnya, sehingga berbentuk bulat.
Berdasarkan pengamatan, dapat dibedakan tiga macam galaksi :
- galaksi berbentuk spiral (spiral galaxis) jumlah 80%.
- galaksi berbentuk ellips (elliptical galaxis) jumlah 17%
- galaksi berbentuk tak beraturan (irregular galaxis) jumlah 3%
1. Galaksi Spiral (Spiral Galaxis)
Galaksi ini merupakan galaksi yang berstruktur paling sempurna, yang terdiri dari tiga bagian :
a. pusat spiral galaksi yang terdiri dari gugusan bintang yang berbentuk bulat
b. lingkaran yang membungkus pusat spiral
c. piringan dengan lengan spiral Macam-macam galaksi spiral :
a. Galaksi Bima Sakti
Galaksi ini pernah disebut Susunan Kapteyn. Kapteyn adalah seorang astronom yang mengemukakan bahwa matahari terdapat pada galaksi bima sakti ini.
b. Galaksi Andromeda
Dengan mata telanjang, galaksi ini tampak seperti lilin dengan panjang 30 (garis tengan bulan) dan lebar 15. dengan teleskop kecil sudah dapat dilihat intinya, di tengah-tengah kabut dan bila menggunakan teleskop 100 inci yang telah dilakukan di Observatory Mounts Wilson, ternyata galaksi Andromeda berbentuk spiral biasa.
c. Galaksi Dolar Perak (Silvery Coin)
Berupa galaksi spiral pipih, kira-kira sejauh 13 juta tahun cahaya.
d. Galaksi Roda Biru (Blue pin Wheel)
Galaksi yang bergangsing (berputar) di daerah Trianggulum, kira-kira sejauh 2 juta tahun cahaya.
e. Galaksi Pusaran Air
Sebagai galaksi spiral yang terlentang dan didampingi oleh pengiring, yakni sebuah galaksi tidak teratur.
f. Kabut Magellan (Magellanic Clouds)
Gugus bintang ini disebut kabut Magellan, karena ditemukan oleh Magellan pada tahun 1519, berupa galaksi-galaksi yang terletak di konstelasi Dorado dan Tucan.
2.Galaksi Ellips (Elliptical Galaxis)
Galaksi ini meliputi jumlah 17% dari semua galaksi yang sudah diketahui, galaksi ini berbentuk ellips, merupakan bangunan yang sederhana karena hanya terdiri atas :
a. pusat roda
b. selubung yang membungkus pusat
3. Galaksi tidak beraturan (Irregular Galaxis)
Galaksi ini berjumlah kurang dari 3% dari semua galaksi yang sudah ditemukan. Galaksi ini terlihat sebagai gumpalan datar atau onggokan bintang yang semakin menebal, sebagian menipis dalam batas-batas yang tidak jelas.
C. BINTANG DAN RASI BINTANG
Bintang adalah benda langit yang mempunyai cahaya sendiri dan terdiri atas gas pijar. Kekuatan cahaya ditentukan berdasarkan magnitude (tingkat terang)
Rasi Bintang ialah kelompok bintang yang letaknya berdekatan atau ‘menempel’ di bola langit disebut konstelasi atau rasi bintang. Nama rasi bintang itu dihubungkan dengan nama tokoh atau makhluk dalam mitologi missal : centauri, orion, gemino, scorpio. Setiap bangsa mempunyai imajinasi sendiri tentang kedudukan bintang dalam satu rasi.
Contoh :
· Tujuh bintang pada rasi orion, oleh orang Jawa dinamakan bintang Waluku, karena bentuknya seperti waluku, alat pembajak sawah.
· Rasi bintang scorpio oleh orang Jawa disebut Kelopo Doyong.
· Di sekitar ekleptika yang melingkar pada bola langit terdapat 12 rasi bintang disebut zodiac. Orang Yunani kuno mengaitkan kedua belas rasi bintang tersebut dengan peramalan nasib manusia.
TEORI BIG BANG (ASAL ALAM SEMESTA)
Edited by wulan and take from ensiklopedia book and mind
TEORI BIG BANG (ASAL ALAM SEMESTA) Hasil pengamatan Edwin Hubble (1929) Astronom AS, bahwa galaksi-galaksi bergerak saling menjauh dengan kecepatan yang tinggi dan jarak antara Galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan ini menunjukkan Alam Semesta tidaklah statis, melainkan mengembang. Hal ini menunjukkan bahwa Alam Semesta bermula dari suatu ledakan sangat besar (Big Bang/Dentuman Besar) suatu saat di masa lampau. Meskipun eksperimen pendukung banyak disajikan, terdapat juga sanggahan yang menyatakan kelemahan teori ini. Tulisan ini akan memuat sedikit rincian eksperimen pendukung teori ini serta bagaimana kelanjutannya ke depan. Berdasarkan asal katanya, “Big Bang” berarti Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar, dalam Ilmu Kosmologi Big Bang dinyatakan sebagai salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini terbentuk dari ledakan mahadahsyat yang terjadi sekitar 13,7 Milyar tahun lalu.Ledakan ini melontarkan materi dalam jumlah sangat besar ke segala penjuru alam semesta, yang kemudian membentuk bintang, planet, debu kosmis, asteroid/meteor, energi, dan partikel lainnya di alam semesta ini. Penemuan tersebut menyatakan bahwa jagat raya berawal dari ledakan satu titik tunggal bervolume nol dan berkerapatan tak terhingga yang terjadi sekitar 14 miliar tahun lalu. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus.
Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi. Adanya 2 proyek besar pemetaan galaksi saat ini, telah mendukung bagi teori Big Bang. Hasil berbentuk peta tiga dimensi sekitar 266.000 galaksi, dan perbandingannya dengan data dari Cosmic Background Radiation (Radiasi Latar Alam Semesta), telah membuat penemuan penting berkenaan dengan asal usul galaksi-galaksi. Disimpulkan bahwa galaksi-galaksi terbentuk dari materi sekitar 350.000 tahun setelah peristiwa Big Bang. Di tahun 1960-an, para ilmuwan perumus teori ini menyatakan, jika alam semesta berasal dari ledakan besar, seharusnya terdapat sisa radiasi ledakan yang melingkupi seluruh alam semesta dalam bentuk panas. Tahun 1965 radiasi ini pertama kali ditemukan dan diakui sebagai bukti mutlak bagi Big Bang yang disertai berbagai pengkajian dan pengamatan, dan diteliti secara sangat mendalam. Data yang diperoleh dari satelit COBE (Cosmic Background Explorer) pada tahun 1992 membenarkan perkiraan yang dibuat di tahun 1960-an ini dengan hasil sangat menakjubkan. Radiasi ini juga teramati di antara galaksi-galaksi, dalam bentuk gelombang-gelombang kecil oleh 2 kelompok ilmuwan (kelompok Dr. Colless dan kelompok Dr. Eisenstein). Dengan demikian telah dibuktikan secara pasti bahwa cikal bakal galaksi terbentuk di tempat-tempat di mana materi yang muncul 350.000 tahun menyusul peristiwa Big Bang saling berkumpul dengan kerapatan yang sedikit lebih besar. Menurut teori Big Bang, segala sesuatu berawal dari ledakan satu titik tunggal berkerapatan tak terhingga dan bervolume nol. Seiring dengan berjalannya waktu, ruang angkasa mengembang dan ruang yang memisahkan antara benda-benda langit pun mengembang. Melalui dua proyek besar pemetaan galaksi yang dilakukan hingga kini, para ilmuwan telah membuat penemuan yang memberikan dukungan
sangat penting bagi teori “Big Bang”. Hasil penelitian tersebut disampaikan pada pertemuan musim dingin American Astronomical Society. Luasnya penyebaran galaksi-galaksi dinilai oleh para astrofisikawan sebagai salah satu warisan terpenting dari tahap-tahap awal alam semesta yang masih ada hingga saat ini. Oleh karenanya, adalah mungkin untuk mengacu pada informasi tentang penyebaran dan letak galaksi-galaksi sebagai “sebuah jendela yang membuka pengetahuan tentang sejarah alam semesta.” Dalam penelitian mereka yang berlangsung beberapa tahun, dua kelompok peneliti yang berbeda, yang terdiri dari ilmuwan Inggris, Australia dan Amerika, berhasil membuat peta tiga dimensi dari sekitar 266.000 galaksi. Para ilmuwan tersebut membandingkan data tentang penyebaran galaksi yang mereka kumpulkan dengan data dari Cosmic Background Radiation [Radiasi Latar Alam Semesta] yang dipancarkan ke segenap penjuru alam semesta, dan membuat penemuan penting berkenaan dengan asal usul galaksi-galaksi. Para peneliti yang mengkaji data tersebut menyimpulkan bahwa galaksi-galaksi terbentuk pada materi yang terbentuk 350.000 tahun setelah peristiwa Big Bang, di mana materi ini saling bertemu dan mengumpul, dan kemudian mendapatkan bentuknya akibat pengaruh gaya gravitasi. Planet Farthest Distance to sun Shortest Distance to sun Eccentricity Mercury 70,000,000 Km 46,000,000 Km 0.206 Venus 109,000,000 Km 107,000,000 Km 0.007 Earth 152,000,000 Km 147,000,000 Km 0.017 Mars 249,000,000 Km 207,000,000 Km 0.093 Jupiter 816,000,000 Km 741,000,000 Km 0.048
Saturn 1,507,000,000 Km 1,347,000,000 Km 0.056 Uranus 3,004,000,000 Km 2,735,000,000 Km 0.047 Neptune 4,537,000,000 Km 4,456,000,000 Km 0.009 Pluto 7,375,000,000 Km 4,425,000,000 Km 0.248 Penemuan tersebut membenarkan teori Big Bang, yang menyatakan bahwa jagat raya berawal dari ledakan satu titik tunggal bervolume nol dan berkerapatan tak terhingga yang terjadi sekitar 14 miliar tahun lalu. Teori ini terus-menerus dibuktikan kebenarannya melalui sejumlah pengkajian yang terdiri dari puluhan tahun pengamatan astronomi, dan berdiri tegar tak terkalahkan di atas pijakan yang teramat kokoh. Big Bang diterima oleh sebagian besar astrofisikawan masa kini, dan menjadi bukti ilmiah yang membenarkan kenyataan bahwa Allah telah menciptakan alam semesta dari ketiadaan. Dalam penelitiannya selama sepuluh tahun, Observatorium Anglo-Australia di negara bagian New South Wales, Australia, menentukan letak 221.000 galaksi di jagat raya dengan menggunakan teknik pemetaan tiga dimensi. Pemetaan ini, yang dilakukan dengan bantuan teleskop bergaris tengah 3,9 meter pada menara observatorium itu, hampir sepuluh kali lebih besar dari penelitian serupa sebelumnya.Di bawah pimpinan Dr. Matthew Colless, kepala observatorium tersebut, kelompok ilmuwan ini pertama-tama menentukan letak dan jarak antar-galaksi. Lalu mereka membuat model penyebaran galaksi-galaksi dan mempelajari variasi-variasi teramat kecil dalam model ini secara amat rinci. Para ilmuwan tersebut mengajukan hasil penelitian mereka untuk diterbitkan dalam jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society [Warta Bulanan Masyarakat Astronomi Kerajaan]. Dalam pengkajian serupa yang dilakukan oleh Observatorium Apache Point di New Mexico, Amerika Serikat, letak dari sekitar 46.000 galaksi
di wilayah lain dari jagat raya juga dipetakan dengan cara serupa dan penyebarannya diteliti. Penelitian ini, yang menggunakan teleskop Sloan bergaris tengah 2,5 meter, diketuai oleh Daniel Eisenstein dari Universitas Arizona, dan akan diterbitkan dalam Astrophysical Journal [Jurnal Astrofisika]. Hasil yang dicapai oleh dua kelompok peneliti ini diumumkan dalam pertemuan musim dingin American Astronomical Society [Masyarakat Astronomi Amerika] di San Diego, California, Amerika Serikat pada tanggal 11 Januari 2005.Data yang diperoleh dari satelit COBE pada tahun 1992 mengungkap adanya fluktuasi sangat kecil pada pancaran Radiasi Latar Alam Semesta. Bukti Penting Yang Semakin Mengukuhkan Big Bang Data yang diperoleh dari hasil kerja panjang dan teliti membenarkan sejumlah perkiraan yang dibuat puluhan tahun silam di bidang astronomi tentang asal usul galaksi. Di tahun 1960-an, para perumus teori memperkirakan bahwa galaksi-galaksi mungkin mulai terbentuk di wilayah-wilayah di mana materi berkumpul dengan kerapatan yang sedikit lebih besar segera setelah peristiwa Big Bang. Jika perkiraan ini benar, maka cikal bakal galaksi-galaksi itu seharusnya dapat teramati dalam bentuk fluktuasi sangat kecil pada tingkat panas di sisa-sisa radiasi dari Big Bang dan dikenal sebagai Radiasi Latar Alam Semesta. Radiasi Latar Alam Semesta adalah radiasi panas yang baru mulai dipancarkan 350.000 tahun setelah peristiwa Big Bang. Radiasi ini, yang dipancarkan ke segenap penjuru di alam semesta, menampilkan potret sekilas dari jagat raya berusia 350.000 tahun, dan dapat dipandang sebagai fosil [sisa-sisa peninggalannya] di masa kini. Radiasi ini, yang pertama kali ditemukan pada tahun 1965, diakui sebagai bukti mutlak bagi Big Bang yang disertai berbagai pengkajian dan pengamatan, dan diteliti secara sangat mendalam. Data yang diperoleh dari satelit COBE (Cosmic Background Explorer [Penjelajah Latar Alam Semesta]) pada tahun 1992 membenarkan perkiraan yang dibuat di tahun 1960-an dan
mengungkap bahwa terdapat gelombang-gelombang kecil pada Radiasi Latar Alam Semesta. Meskipun ketika itu sebagian keterkaitan antara gelombang kecil tersebut dengan pembentukan galaksi telah ditentukan, hubungan ini saat itu belum dapat diperlihatkan secara pasti hingga baru-baru ini. Namun, kaitan penting itu telah berhasil dirangkai dalam sejumlah pengkajian terakhir. Kelompok Colless dan kelompok Eisenstein telah menemukan kesesuaian antara gelombang-gelombang kecil yang terlihat pada Radiasi Latar Alam Semesta dan yang teramati pada jarak antar-galaksi. Dengan demikian telah dibuktikan secara pasti bahwa cikal bakal galaksi terbentuk di tempat-tempat di mana materi yang muncul 350.000 tahun menyusul peristiwa Big Bang saling berkumpul dengan kerapatan yang sedikit lebih besar. Dalam jumpa pers mengenai pokok bahasan tersebut, Dr. Eisenstein mengatakan bahwa pola tersebarnya galaksi-galaksi di segenap penjuru langit bersesuaian dengan gelombang suara yang memunculkan pola penyebaran itu. Para peneliti berpendapat bahwa gravitasi mempengaruhi gelombang dan mengarahkan bentuk galaksi. Eisenstein membuat pernyataan berikut: “Kami menganggap hal ini sebagai bukti kuat bahwa gravitasi telah memainkan peran utama dalam membentuk cikal bakal [galaksi] di dalam latar gelombang mikro (yang tersisa dari peristiwa Big Bang) menjadi galaksi-galaksi dan kelompok-kelompok galaksi yang kita saksikan di sekeliling kita.” Dalam sebuah pernyataan kepada lembaga pemberitaan AAP, Russell Cannon, dari kelompok peneliti yang lainnya, mengatakan bahwa penemuan-penemuan tersebut memiliki nilai teramat penting, dan merangkum hasil penting penelitian itu dalam uraian berikut: “Apa yang telah kami lakukan memperlihatkan pola galaksi-galaksi, penyebaran galaksi-galaksi yang kita saksikan di sini dan saat ini,
sepenuhnya cocok dengan pola lain yang terlihat pada sisa-sisa peninggalan peristiwa Big Bang” Sejumlah penemuan juga diperoleh dari pengkajian tentang kadar materi dan energi yang membentuk alam semesta, serta bentuk geometris alam semesta. Menurut data ini, alam semesta terdiri dari 4% materi biasa, 25% materi gelap (yakni materi yang tidak dapat diamati tapi ada secara perhitungan), dan sisanya energi gelap (yakni energi misterius [yang tidak diketahui keberadaannya] yang menyebabkan alam semesta mengembang dengan kecepatan lebih besar dari yang diperkirakan). Sedangkan bentuk geometris alam semesta adalah datar. Dukungan bagi Big Bang Sir Martin Rees Sejumlah penemuan yang dicapai dalam pengkajian ini telah semakin memperkokoh teori Big Bang. Dr. Cannon mengatakan bahwa penelitian tersebut menambah bukti yang sangat kuat bagi teori Big Bang tentang asal usul alam semesta dan menegaskan dukungan itu dalam perkataan berikut ini: “Kita telah mengetahui sejak lama bahwa teori terbaik bagi [asal usul] alam semesta adalah Big Bang – bahwa alam semesta terbentuk melalui suatu ledakan raksasa pada satu ruang teramat kecil dan sejak itu mengembang secara terus-menerus.” Dalam sebuah ulasan tentang penelitian tersebut, Sir Martin Rees, ahli astronomi terkenal dari Universitas Cambridge, mengatakan bahwa meskipun menggunakan teknik-teknik statistik dan pengamatan yang berbeda, kelompok-kelompok tersebut telah sampai pada satu kesimpulan yang sama, dan ia menganggap hal ini sebagai sebuah petunjuk akan kebenaran hasilnya. tanggapan bahwa pengkajian-pengkajian tersebut “memberikan bukti
lebih lanjut bagi teori dasar Big Bang dengan tambahan model pengembangan alam semesta.” Berkat ilmu pengetahuan modern yang memungkinkan pengamatan radiasi latar alam semesta dan benda-benda langit, para ilmuwan memperoleh pemahaman bahwa alam semesta memiliki suatu permulaan (Big Bang) dan kemudian mengalami perluasan (Pengembangan). Akan tetapi, pengetahuan mendasar ini sama sekali bukanlah hal baru bagi umat manusia. Di dalam Al Qur‟an semenjak 1.400 tahun terakhir umat manusia telah mengetahui dua fakta ini, yang hanya mampu diketahui para ilmuwan di dalam mahaluasnya ruang angkasa di abad ke-20. Dua Informasi Penting mengenai Model Baku Pembentukan Alam Semesta disebutkan di dalam Al Qur‟an Di dalam Al Qur‟an, dan di dalam Taurat dan Injil yang isinya telah mengalami perubahan setelah diwahyukannya, Allah telah mewahyukan bahwa alam semesta dan seluruh materi diciptakan dari ketiadaan; di dalam Al Qur‟an, satu-satunya naskah yang belum mengalami perubahan, Dia memfirmankan satu rahasia menakjubkan yang lain: alam semesta tengah mengalami pengembangan. Pembentukan alam semesta menjadi “ada” dari “ketiadaan” diberitakan di dalam Al Qur‟an sebagaimana berikut: Dia Pencipta langit dan bumi. (QS. Al An‟aam, 6:101) Mengembangnya alam semesta, salah satu di antara bidang-bidang utama penelitian ilmu pengetahuan modern, diwahyukan dalam ayat ini: Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (QS. Adz Dzaariyaat, 51:47) Sebagaimana telah kita pahami, dua bagian penting dari penjelasan yang
menjadi rujukan tentang asal usul alam semesta, yakni Big Bang dan Mengembangnya alam semesta, diberitakan dalam Al Qur‟an di masa ketika sarana pengamatan astronomi masih sangat terbatas. Hal ini memperlihatkan bukti nyata bahwa Al Qur‟an telah diwahyukan oleh Allah. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan terkini sepenuhnya cocok dengan apa yang diberitakan di dalam Al Qur‟an, dan pengkajian-pengkajian terakhir ini sekali lagi mengarahkan perhatian kepada kesesuaian yang erat ini
Subhanallah,,,maha suci allah yang telah memnuculkan alam semesta ini mulai dari nol sampai sebesar ini,,ita sebagai manusia dan mahluk ciptaannya wajib menjaga dan melestarikanya agar selalu terjaga
LALU APAKAH TEORI PARA ILMUWAN BERTENTANGAN DENGAN TEORI ALQURAN TENTANG ASAL MUASAL MAHLUK HIDUP???
. MENGAPA SEBAGIAN KAUM MUSLIMIN MENDUKUNG TEORI EVOLUSI?
Sepanjang sejarah, manusia sudah memikirkan alam semesta dan asal-muasal kehidupan ini, dan sudah mengajukan berbagai gagasan tentang hal ini. Kita dapat membagi gagasan-gagasan itu menjadi dua kelompok: yang menjelaskan alam semesta ini dari sudut pandang materialis, dan yang melihat bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dari ketiadaan, yakni, kebenaran penciptaan.
Dalam pengantar buku ini, telah kita lihat bahwa teori evolusi didirikan pada filsafat materialis. Pandangan materialis menyatakan bahwa alam semesta terdiri atas materi, dan materi adalah satu-satunya hal yang ada. Karena itu, materi ada selama-lamanya, dan tidak ada kuasa lain yang mengaturnya. Kaum materialis percaya bahwa faktor ketidaksengajaan (kebetulan) yang buta menyebabkan alam semesta membentuk diri, dan makhluk hidup muncul secara bertahap, berevolusi dari zat-zat tak-hidup. Dengan kata lain, semua makhluk hidup di dunia ini muncul sebagai akibat berbagai pengaruh alam dan ketidaksengajaan.
Filsafat materialis menggunakan teori evolusi, yang keduanya saling melengkapi, untuk menjelaskan timbulnya makhluk hidup. Kesatuan ini, yang lahir di zaman Yunani kuno, kembali disebarluaskan saat ilmu pengetahuan masih terbelakang di abad ke-19, dan, karena teori itu dianggap mendukung paham materialisme, tak perduli secara ilmiah absah atau tidak, teori ini segera dirangkul oleh kaum materialis.
Fakta penciptaan bertentangan dengan teori evolusi. Menurut pandangan kreasionis (penciptaan), materi tidaklah ada sejak dan untuk masa yang tak terhingga, dan karena itu, dikendalikan. Allah menciptakan materi dari ketiadaan dan memberinya keteraturan. Semua makhluk, hidup maupun tak-hidup, ada karena diciptakan Allah. Rancangan, perhitungan, keseimbangan, dan keteraturan yang tampak di alam semesta dan dalam makhluk hidup merupakan bukti nyata akan hal ini.
Semenjak awal, agama telah mengajarkan kebenaran penciptaan, yang dapat dipahami semua orang melalui penggunaan akal dan pengamatan pribadi. Semua agama samawi telah mengajarkan bahwa Allah menciptakan alam semesta dengan berfirman "Jadilah!", dan bahwa bekerjanya alam semesta secara sempurna tanpa cela merupakan bukti daya ciptaNya yang agung. Banyak ayat Al Qur'an juga mengungkapkan kebenaran ini. Misalnya, Allah mengungkapkan bagaimana Dia secara ajaib menciptakan alam semesta dari ketiadaan:
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu jadilah ia. (QS. Al Baqarah, 2: 117)
Allah juga mengungkapkan yang berikut:
Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An'aam, 6: 73)
Ilmu pengetahuan mutakhir membuktikan ketidak-absahan pernyataan materialis-evolusionis, dan menegaskan kebenaran penciptaan. Berlawanan dengan teori evolusi, semua bukti penciptaan yang mengelilingi kita menunjukkan bahwa faktor kebetulan tidak berperan dalam terwujudnya alam semesta. Setiap rincian yang tampak saat kita mengamati langit, bumi, dan semua makhluk hidup dimaksudkan sebagai bukti kebijaksanaan dan kekuasaan Allah yang agung.
Perbedaan mendasar antara agama dan paham ateisme adalah, yang pertama mempercayai Allah, sedangkan yang terakhir mempercayai materialisme. Ketika Allah bertanya kepada mereka yang ingkar, Dia menarik perhatian terhadap pernyataan yang mereka ajukan untuk menolak penciptaan: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? (QS. Ath Thuur, 52: 35) Sejak zaman bermula, mereka yang mengingkari penciptaan senantiasa menyatakan bahwa manusia dan alam semesta tidaklah diciptakan, dan selalu berusaha membenarkan pernyataan tak masuk akal itu. Dukungan yang terbesar bagi mereka tiba di abad ke-19, berkat teori Darwin.
Kaum muslimin tidak boleh mengadakan jalan tengah dalam masalah ini. Memang, orang boleh berpikir sesukanya, dan boleh percaya apa pun yang ingin dipercayainya. Akan tetapi, tidak ada jalan tengah bagi teori yang mengingkari Allah dan ciptaanNya, sebab hal itu berarti tawar-menawar dalam unsur dasar agama. Tentu, berbuat demikian sama sekali tak bisa diterima.
Para evolusionis, karena sadar betapa jalan tengah seperti itu akan merusak agama, mendorong orang-orang beriman agar berusaha memperolehnya.
Kaum Darwinis Menganjurkan Pandangan Penciptaan-melalui-Evolusi
Para ilmuwan yang mendukung teori evolusi secara buta, kini semakin tersudut oleh berbagai kemajuan ilmiah baru, yang kian lama kian banyak dan kian terbuka bagi orang awam. Menyadari bahwa setiap penemuan baru adalah bertentangan dengan teori ini, serta menegaskan kebenaran penciptaan, maka demagogi (tindakan menghasut masyarakat) pun berperan lebih penting daripada bukti ilmiah dalam berbagai naskah evolusionis. Di sisi lain, majalah-majalah ilmiah pendukung teori evolusi yang paling terkemuka sekalipun, seperti Science, Nature, Scientific American atau New Scientist, terpaksa
mengakui bahwa beberapa segi dalam teori Darwin sudah menghadapi jalan buntu. Para ilmuwan yang mendukung paham penciptaan memenangkan berbagai debat ilmiah ini, dan dengan demikian, menyingkapkan berbagai pernyataan tak berdasar yang diajukan kaum evolusionis.
Di sinilah, pandangan penciptaan lewat evolusi menjadi penolong bagi kaum materialis. Ini merupakan salah satu taktik yang digunakan kaum evolusionis untuk melunakkan sikap para pendukung paham penciptaan (atau "Rancangan Cerdas"), dan melemahkan posisi intelektual mereka dalam melawan dogma Darwinisme. Walaupun tidak mempercayai Tuhan karena telah mendewakan faktor kebetulan atau ketidaksengajaan, dan menentang habis fakta penciptaan, kaum evolusionis menganggap bahwa teori mereka akan lebih dapat diterima jika mereka berdiam diri tentang gagasan kaum beragama yang sekaligus mendukung teori evolusi, bahwa Allah menciptakan makhluk hidup lewat evolusi. Malah, mereka menganjurkan jalan tengah antara teori ini dan agama, sehingga evolusi lebih dapat diterima dan kepercayaan akan penciptaan melemah.
Melihat ini, kaum Muslimin harus mengerti bahwa adalah salah sepenuhnya apabila kita percaya bahwa Allah menciptakan alam semesta, namun sekaligus mendukung teori evolusi sekalipun tidak ada bukti ilmiah yang meyakinkan. Lebih jauh lagi, adalah sama salahnya apabila kita menyatakan bahwa evolusi selaras dengan Al Qur'an, dengan cara mengabaikan semua peringatan dalam kitab suci itu sendiri. Kaum Muslimin yang bersikap seperti itu perlu menyadari bahwa mereka sedang mendukung sebuah gagasan yang dirancang untuk membantu filsafat materialis dan, setelah tahu hal ini, harus segera menarik kembali dukungan mereka.
Menolak Evolusi Tidak Berarti Menolak Ilmu Pengetahuan
Jumlah Muslim yang percaya bahwa semua makhluk hidup muncul melalui evolusi tidaklah boleh diremehkan. Kesalahan mereka berdasarkan pada kurangnya pengetahuan serta berbagai sudut pandang yang keliru, khususnya yang terkait dengan berbagai masalah ilmu pengetahuan. Kesalahan yang utama adalah gagasan bahwa evolusi adalah fakta ilmiah dan sudah terbukti kebenarannya.
Orang seperti mereka tidak menyadari bahwa ilmu pengetahuan telah mengikis habis tingkat kebenaran teori evolusi. Baik di tingkat molekuler, atau pun dalam biologi dan paleontologi, penelitian telah membuktikan ketidak-absahan pernyataan makhluk hidup muncul sebagai hasil proses evolusi. Teori Darwin mampu bertahan, sekalipun bertentangan dengan kenyataan ilmiah, hanya karena para evolusionis melakukan segala hal yang mereka bisa, termasuk sengaja menyesatkan orang, agar teori itu tetap hidup. Tulisan dan ceramah mereka dipenuhi istilah ilmiah yang tidak dimengerti orang awam. Tetapi bila kata-kata mereka ditelaah, orang tidak dapat menemukan bukti untuk mendukung teori mereka.
Pemeriksaan yang seksama atas karya tulis terbitan kaum Darwinis telah jelas mengungkapkan kenyataan ini. Uraian mereka hampir tidak pernah berdasarkan bukti ilmiah yang kukuh. Berbagai bidang mendasar, tempat teori ini runtuh, dipulas dengan beberapa patah kata, dan banyak uraian aneh ditulis tentang sejarah alam. Mereka tidak pernah memusatkan perhatian pada pertanyaan-pertanyaan utama, misalnya bagaimana pertama kali kehidupan timbul dari zat-zat yang tak-hidup, celah-celah lebar pada catatan fosil, dan sistem pada makhluk hidup yang rumit. Mereka tidak melakukannya, karena apa pun yang dapat mereka katakan atau tulis akan berlawanan dengan tujuan mereka serta mengungkapkan kekosongan teori mereka.
Ketika Charles Darwin (1809-1882), pendiri teori ini, menelaah salah satu sistem rumit yang terdapat pada makhluk hidup, yakni mata, ia menyadari bahaya yang mengancam teorinya, dan ia bahkan mengakui bahwa memikirkan mata membuat sekujur tubuhnya menggigil. Seperti
Darwin, para ilmuwan evolusionis masa kini tahu bahwa teori mereka tidak memiliki penjelasan tentang sistem rumit serupa itu. Namun, bukannya mengakui hal ini, mereka justru mencoba menutupi tiadanya bukti ilmiah, dengan cara menulis berbagai uraian khayal serta mencekokkan teori ini kepada masyarakat dengan memberinya sebuah topeng ilmiah.
Cara-cara ini tampak jelas dalam debat tatap muka antara kaum evolusionis dengan mereka yang meyakini penciptaan, maupun dalam tulisan dan film dokumenter evolusionis. Sebenarnya, kaum evolusionis tidak peduli pada hal-hal seperti kebenaran ilmiah atau akal sehat, karena sasaran tunggalnya adalah membuat orang yakin bahwa evolusi adalah kenyataan ilmiah.
Dengan cara demikian, kaum Muslimin pendukung evolusi termakan oleh citra teori ini yang katanya "ilmiah". Khususnya, mereka tertusuk oleh semboyan Darwinis, seperti: "Siapa pun yang tidak mempercayai teori evolusi artinya bersikap taklid (meyakini sesuatu secara buta) atau tidak ilmiah," dan karena itu memberikan ruang dalam keyakinan mereka yang sebenarnya. Karena terpengaruh keterangan usang atau tulisan dan pendapat evolusionis, mereka percaya bahwa hanya evolusi yang dapat menerangkan peristiwa munculnya kehidupan. Lalu mereka mencoba menyelaraskan agama dan evolusi, karena tidak mengetahui perkembangan ilmiah mutakhir maupun pertentangan dalam teori itu sendiri, serta tingkat keyakinan terhadap kebenaran teori tersebut yang telah lenyap.
Akan tetapi, menimbang bahwa evolusi bertentangan 180 derajat dengan penciptaan, membuktikan kebenaran yang satu akan berarti menggugurkan yang lainnya. Dengan kata lain, menggugurkan evolusi berarti membuktikan penciptaan.
Karena alasan-alasan ini, kaum materialis memandang debat tentang evolusi sebagai sejenis medan perang, semacam perang terbuka antar paham pemikiran, dan bukan sebagai masalah ilmiah. Jadi, kaum
materialis melakukan semua cara yang mungkin untuk menghalangi mereka yang meyakini paham penciptaan.
Misalnya, evolusionis Lerry Flank menyarankan agar kebenaran penciptaan dilawan dengan cara-cara berikut:
Para pengawas terhadap kaum kreasionis harus ketat mengawasi susunan anggota dewan pendidikan negara bagian. Sebaiknya, mereka yang berminat kepada pendidikan yang bermutu serta kepada pencegahan langkah kaum fundamentalis yang hendak memakai sekolah negeri untuk berkhotbah, menjadi mayoritas anggota dewan-dewan ini … Jika ini gagal, dan buku-buku pelajaran berpaham kreasionis benar-benar dipakai dan disetujui, maka tindakan hukum menjadi perlu diambil. 1
Jelaslah dari kata-kata ini bahwa kita bukan sedang bicara tentang suatu debat ilmiah, melainkan tentang sebuah perang gagasan, yang dicanangkan oleh kaum evolusionis dalam kerangka kerja siasat tertentu.
Kaum Muslimin yang mempertahankan evolusi harus menyadari hal ini. Darwinisme bukan sebuah pandangan ilmiah; melainkan sebuah sistem berpikir yang dirancang untuk menggiring orang mengingkari Allah. Karena teori ini tidak berlandasan ilmiah, seorang Muslim tidak boleh membiarkan diri disesatkan oleh berbagai pendapat dalam teori ini, dan lalu memberikan dukungan, setulus apa pun niatnya.
Akibat Jika Kaum Evolusionis Menjadi MayoritasMuslihat terpenting kaum evolusionis agar teori Darwin diterima secara luas adalah dengan menandaskan bahwa teori itu diterima luas di kalangan masyarakat ilmiah. Pendeknya, mereka menyatakan keabsahan teori ini didasarkan atas anggapan bahwa penganutnya merupakan mayoritas (berjumlah terbanyak), dan anggapan bahwa pandangan mayoritas adalah benar dalam setiap masalah. Dengan menggunakan jalan pikiran itu, serta pernyataan bahwa kebenaran evolusi kian terbukti oleh penerimaan yang
luas di berbagai perguruan tinggi, mereka mencoba memakai tekanan kejiwaan pada setiap orang, termasuk yang percaya kepada Allah, untuk menerimanya.
Arda Denkel, seorang evolusionis guru besar ilmu filsafat di Universitas Bosphorus, mungkin yang paling tersohor di Turki, bahkan mengakui kelirunya cara ini:
Apakah dengan banyaknya orang, organisasi atau lembaga terhormat yang mempercayainya, teori evolusi terbukti benar? Bisakah teori itu dibuktikan dengan keputusan pengadilan? Apakah jika orang terhormat atau berkuasa mempercayai sesuatu, maka sesuatu itu akan menjadi benar? Saya ingin mengenang sebuah kenyataan sejarah. Bukankah Galileo berdiri di hadapan semua orang, pengacara, dan khususnya ilmuwan terhormat zamannya, dan secara sendirian mengatakan kebenaran, tanpa dukungan satu orang pun? Tidakkah berbagai sidang dewan Inkuisisi mengungkapkan suasana serupa? Memperoleh dukungan dari kelompok terhormat dan berpengaruh tidak menciptakan kebenaran, dan tidak berkaitan dengan kenyataan ilmiah. 2
Seperti pendapat Denkel, penerimaan luas terhadap sebuah teori tidak membuktikan kebenarannya. Nyatanya, sejarah ilmu pengetahuan dipenuhi berbagai contoh teori, yang awalnya diterima oleh sedikit orang (golongan minoritas) saja, dan baru kemudian diterima kebenarannya secara mayoritas.
Banyak ilmuwan masa kini yang menolak evolusi dan menerima bahwa Allah, Tuhan Pemilik Segala Kekuatan dan Kecerdasan Tak Terbatas telah menciptakan alam semesta ini. Beberapa ilmuwan yang menerima kebenaran penciptaan ini adalah, dari kiri ke kanan, Owen Gingerich, profesor astronomi dan sejarah ilmu pengetahuan pada Harvard University; Carl Friedrich von Weizsacker, profesor fisika pada Germany's Max-Planck-Gasellschaft University; Donald Chittick, profesor kimia pada Oregon State University; Robert Matthews, professor fisika pada Oxford University; Michael J. Behe, profesor biologi pada Lehigh University; David Menton, profesor anatomi pada Washington University, S. Jocelyn Bell Burnell, profesor fisika pada Universitas Terbuka di Inggris; dan William Dembski, profesor rekanan dalam dasar pandangan ilmu pengetahuan pada Baylor University.
Lebih lagi, evolusi tidaklah diterima oleh seluruh masyarakat ilmiah, seperti yang diupayakan oleh para pendukungnya agar diyakini orang. Selama 20-30 tahun terakhir, jumlah ilmuwan yang menolaknya telah meningkat secara luar biasa. Kebanyakan dari mereka meninggalkan kepercayaan buta kepada Darwinisme, sesudah melihat rancangan yang tanpa cacat di alam semesta dan dalam makhluk hidup. Mereka telah menerbitkan karya tulis yang tak terhitung jumlahnya, yang membuktikan ketidak-absahan teori itu. Lebih penting lagi, mereka merupakan anggota berbagai perguruan tinggi terkemuka di seantero dunia, khususnya Amerika Serikat dan Eropa, dan pakar serta peneliti karir dalam bidang biologi, biokimia, mikrobiologi, anatomi, paleontologi, dan bidang ilmu lainnya.3 Karena itu, sangat keliru berkata bahwa jumlah terbanyak dalam masyarakat ilmiah mempercayai evolusi.
Karena itu, tidak akan bermakna apa-apa, sekalipun jika kaum evolusionis sungguh menjadi jumlah terbanyak. Tidak ada pandangan mayoritas yang sepenuhnya benar hanya karena itu pandangan mayoritas. Kaum Muslimin yang mempercayai evolusi perlu tahu bahwa Al Qur'an membahas masalah ini ketika menceritakan nasib banyak masyarakat zaman dahulu, yang berpandangan serupa, dan akhirnya mengingkari Allah dan agamaNya dengan cara membiarkan diri tersesat dari jalan yang lurus. Allah memperingatkan kaum mukmin agar tidak mengikuti orang-orang yang penuh tipu-daya demikian, dan mengabarkan kepada umat manusia bahwa berjalan bersama jumlah terbanyak, atau mayoritas, bisa mengakibatkan manusia tergiring ke arah kesalahan yang mengerikan:
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). (QS. Al An'aam, 6: 116)
Konsep penciptaan alam semesta menurut Hindu, Islam, Kristen dan Konsep Modern
Semua kitab suci agama-agama besar dunia menguraikan tentang konsep penciptaan alam semesta. Pada umumnya konsep penciptaan semesta hampir mirip pada agama-agama abrahamik. Hal ini mungkin disebabkan karena ketiga agama-agama Abrahamik yaitu Yahudi, Kristen dan Islam juga bersumber dari ajaran yang sama, yaitu ajaran Nabi Abraham/Ibrahim. Namun konsep penciptaan dalam agama-agama Timur, terutama agama Hindu dan Buddha ternyata sangat berbeda dengan konsep agama-agama Abrahamik. Konsep penciptaan dari ajaran yang manakah yang lebih relevan dengan teori-teori penciptaan dan ilmu kosmologi modern? Mari kita simak satu persatu. B. Konsep penciptaanmenurut Alkitab Yahudi kuno serta kaum Kristen memiliki dua legenda penciptaan, keduanya tercatat di Bible/Alkitab.
Yang pertama, Allah menciptakan Langit dan Bumi, Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air, Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama.
Allah menjadikan cakrawala di tengah segala air untuk memisahkan air dari air. Ia memisahkan air yang ada di bawah cakrawala itu dari air yang ada di atasnya. Allah menamai cakrawala itu langit, itulah hari ke dua. Segala air yang di bawah langit berkumpul pada satu tempat, sehingga kelihatan yang kering. Allah menamai yang kering itu darat, dan kumpulan air itu laut. Tanah itu menumbuhkan tunas-tunas muda, segala jenis tumbuh-tumbuhan yang berbiji dan segala jenis pohon-pohonan yang menghasilkan buah yang berbiji di bumi, itulah hari ke tiga.
Matahari dan bulan serta bintang-bintang pada hari ke empat, semua burung dan hewan laut pada hari ke lima, Binatang ternak, melata, liar dan laki-laki dan wanita pertama pada hari ke enam[Kejadian 1, 1-31]. Pada tahun 1951, Paus Pius XII menghubungkan Kata “Jadilah terang.” dengan hipotesis Big Bang. Sejak saat itu Big Bang, meledak besar sebagai „teori‟ asal mula semesta. Yang kedua, Tuhan membuat bumi, lalu laki-laki pertama, lalu tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang, lalu terakhir seorang wanita[Kejadian 2, 4-22].
Frase kata „jadilah..‟ terdapat dalam setiap kehendak yang Allah lakukan. Paus Pius XII sangat bersemangat untuk menghubungkan frase „jadilah terang‟ di ayat pertama dengan Big Bang, rupanya beliau sangat memahami terdapat kemuskilan logika bahwa Bagaimana mungkin, Terang dinamakan siang dan gelap dinamakan malam terjadi di hari pertama, sementara Matahari dan bulan baru ada di hari ke 4 Bagaimana mungkin, tumbuhan yang berbiji dan buah-buahan yang berbiji dapat tumbuh semetara Matahari dan Bulan baru diciptakan keesokan harinya, dimana satu hari Allah setara 1000 tahun di bumi.
Beberapa pendapat kalangan nasrani menghubungkan terang dan gelap sebagai kebaikan dan kejahatan, namun pendapat itu juga tidak relevan mengingat obyek kejahatan belum tercipta. Diatas telah disebutkan bahwa Frase “Jadilah terang” dilakukan sebelum penciptaan. Semua penggunaan Frase “Jadilah terang” ternyata dilakukan setelah ada Air yang menutupi samudera raya! Tidak ada bukti dari Alkitab yang menyatakan bahwa Air yang menutupi samudera raya juga diciptakan oleh Allah. Di hari pertama, Tidak diceritakan bagaimana air tercipta karena tidak didahului dengan kata “Jadilah terang”. Air dan Allah sudah ada. Bentuk bumi saat itu hanyalah air yang menutupi seluruh BUMI. Dari atas air tercurah dan dibawah juga ada air, di mana-mana hanyalah Air. Alkitab pada kitab Kejadian 1 hanya bercerita mengenai Bumi disaat
Banjir besar, Ia tidak berbicara mengenai pembentukan Tata Surya apalagi Pembentukan Semesta, Petunjuk mengenai hal itu, dilihat di hari ke dua dan ketiga, ketika Banjir itu reda, Langit mulai terang, Air hanya dibawah Langit, beberapa mulai surut, daratan terlihat dan sisanya berupa Lautan. Jadi jelas bahwa Alkitab hanya menceritakan surutnya banjir besar daripada kisah mengenai penciptaan semesta dengan ledakan yang luarbiasa! Sama sekali tidak ada relevansinya dengan hipotesis Big Bang.
C. Konsep penciptaan menurut Alqur’an
Al Qur‟an ternyata lebih maju dengan menutup lubang logika awal terciptanya Langit dan bumi dengan menggunakan Frase kata „jadilah..‟ yang sama! Frase kata yang sama yaitu „jadilah..‟ atau „kun fayakoonu‟ merupakan frase ke-MahaKuasaan, itu tercantum pada 8 ayat [Al Baqarah 2:117, Ali Imran 3: 47, Ali Imran 3: 59, Al Anaam 6: 73, An Nahl 16: 40, Maryam 19: 35 Yasin 36: 82, dan Al Ghafir 40: 68] yaitu saat penciptaan langit dan Bumi, Penciptaan Adam & Isa, serta penciptaan lainnya yang dikehendaki Allah: [2:117] Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia. [3: 59] Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. [36: 82] Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. Apakah frase kata „jadilah..‟ atau „kun fayakoonu‟ merupakan Big Bang? Qur‟an ayat 51: 47 menyatakan bahwa “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar
berkuasa”. Beberapa orang menterjemahkan kata „kami benar-benar berkuasa‟ menjadi „‟kami meluaskannya‟. Tafsiran „kami meluaskan‟ dikemukakan oleh Harun Yahya yang muncul hanya baru-baru ini saja ketika hipotesis BigBang dan alam semesta yang terus mengembang sedang populer-pupulernya. Namun berdasarkan 3 ayat di atas tentang „jadilah!‟ maka samasekali tidak menunjukan kecocokan apapun dengan hipotesis Big Bang maupun Alam semesta yang terus mengembang. Detail penciptaan Langit dan Bumi menurut Al Qur‟an terdapat di surat [7:54, 10:3, 11:7, 21:30, 25:59, 32:4, 57:4, 41:9-12 dan 79:27-33]. Surat Al Anbiyaa‟ 21:30, menunjukan keadaan Bumi dan langit saat yang awal mula: Al Anbiyaa‟ 21:30, Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
Tafsir Ibn Kathir atas ayat 21:30: …Tidakkah mereka mengetahui bahwa Langit dan bumi dulunya bersatupadu yakni pada awalnya mereka satu kesatuan, terikat satu sama lain. Bertumpuk satu diatas yang lainnya, kemudian Allah memisahkan mereka satu sama lain dan menjadikannya Langit itu tujuh dan Bumi itu tujuh, meletakan udara diantara bumi dan langit yang terendah…
Saidbin Jubayrmengatakan : „langit dan Bumi dulunya jadi satu sama lain, Kemudian Langit dinaikkan dan bumi menjadi terpisah darinya dan pemisahan ini disebut Allah di Al Qur‟an‟
Al hasan dan Qatadah mengatakan; ‟Mereka Dulunya bersatu padu, kemudian dipisahkan dengan udara ini‟
Surat Fushshilat 41: 9-12, menyajikan urutan pengerjaan Bagaimana penciptaan yang dilakukan Allah: Pertama, (41:9) Bumi di ciptakan dalam dua masa
Kedua, (41:10) Segala isi Bumidiciptakan total dalam empat masa Ketiga, (41:11) Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati.” Surat diatas jelas menunjukan bahwa kedudukan Bumi dan Langit adalah sederajat, bumi bukan bagian dari langit. Bumi diciptakan terlebih dahulu, diselesaikan baru kemudian Allah menyelesaikan Langit dan itu dibuktikan di ayat selanjutnya Keempat, (41:12) Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Tafsir Ibn Kathir untuk surat 41:9-11juga menyatakan bahwa:
Penciptaan Bumi dan Penciptaan langit dibicarakan secara terpisah Allah berkata bahwa Ia menciptakan Bumi terlebih dahulu, karena itu adalah Fondasi, dan Fondasi harus dibangun terlebih dahulu baru kemudian atap.
Berkenaan dengan penciptaan Bintang-bintang di ayat Fushshilat 41:12 maka terdapat 3 (ayat) lain di Al Qur‟an yang memberikan konfirmasi pasti bahwa bintang- bintang diciptakan untuk menghiasi langit dan sebagai alat untuk melempar setan-setan ketika mereka mencuri dengar berita dari Allah/langit [Ash Shaaffaat 37: 6, Al Mulk 67: 5, Al Hijr 15:16-18 dan juga „Al Buruj sebagai bintang besar pada ayat Al Furqaan 25:61] Surat Al Mulk 67:5,Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.
Tafsir Ibn Kathir surat 67:1-5 Ayat ini merujuk pada bintang-bintang yang telah di letakan di langit, beberapa bergerak dan beberapa diam.
Qatadah berkata; „Bintang-bintang diciptakan hanya untuk tiga kegunaan, yaitu: Hiasan di langit, Alat pelempar setan dan petunjuk Navigasi, Jadi siapapun yang mencari interpretasi lain tentang bintang selain ini maka itu jelas merupakan opini pribadi, Ia telah melebihi porsinya dan membebani dirinya dengan hal-hal yang ia sendiri tidak punya pengetahuan tentang ini. [Ibn Jarir dan Ibn Hatim merekam riwayat ini]. Kegunaan „Al Buruj‟ (Bintang besar) juga sama sebagai Benteng penjaga untuk melempar setan yang mencuri dengar [riwayat dari Atiyah Al-`Awfi, lihat: Tafsir Ibn Kathir surat 15:16-19] Surat An Naazi‟ aat 79:27-33, juga menyajikan urutan pengerjaan penciptaan yang dilakukan Allah! Allah menyatakan bahwa penciptaan Manusia itu jauh lebih mudah daripada penciptaan Langit. Ia meninggikan Bangunannya lalu menyempurnakannya (79:28). Kemudian ia Menciptakan siang dan malam. Kemudian bumi dihamparkannya (diisi) Caranya: memancarkan Air dan menumbuhkan tumbuhan, gunung-gunung dipancangkan teguh (79:31-32). Untuk apa? Untuk kesenangan Manusia dan binatang ternak milik manusia (79:33)
tafsir Ibn Kathir untuk surat 79:27-33:
It already has been mentioned previously in Surat Ha Mim As-Sajdah thatthe earth was created before the heaven was created, but it was only spread out after the creation of the heaven.
Di Tafsir Ibn Kathir untuk surat 79:27-33, terdapat satu riwayat menarik mengenai kebingungan seseorang akan hubungan surat [41:9-12] dan surat [79:27-33] yaitu mana yang diciptakan terlebih dahulu: Bumi atau Langit. Sa‟id Bin Jubayr berkata, „Seseorang berkata pada Ibn „Abbas: Saya menemukan di Qur‟an yang membingungkan ku:…Allah berkata
(79:27-33): Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia menciptakannya, meninggikannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu. Jadi Dia menyatakan bahwa Penciptaan Lagit dahulu baru kemudian penciptaan Bumi, Namun kemudian Allah berkata(41:9-12): Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? demikian itu adalah Rabb semesta alam”. Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanannya dalam empat masa. bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Di sini Allah menyatakan Penciptaan Bumi dahulu baru kemudian Penciptaan Langit.Kemudian Ibn „Abbas menjawab: Allah menciptakan Bumi dalam dua hari (masa), kemudian menciptakan Langit, kemudian (Istawa ila) meninggikan langit dan membentuknya dalam dua hari lagi. Kemudian membentangkan Bumi, ini berarti bahwa Dia membawa, sejak saat itu, air dan makanan. Dan kemudian Dia menciptakan
Gunung-gunung, Pasir, benda-benta tak bernyawa, batu-batu dan bukit-bukit dan semuanya dalam waktu dua hari lagi.
Inilah yang Allah katakan (Ia) menghamparkan (Bumi) (79:30) Dan Allah berkata, „Ia ciptakan bumi dalam dua hari‟, jadi Dia menciptakan Bumi dan segala isinya dalam empat hari dan Dia menciptakan Langit dalam dua Hari. Di rekaman Al Bukhari. Dia menciptakan Bumi dalam Dua hari, artinya pada Minggu dan Senin. Dia meletakan Gunung-gunung yang kokoh di atasnya, menumbuhkan yang bermanfaat, menakar untuk perlengkapan yang dibutuhkan manusia, artinya pada Selasa dan Rabu, jadi dengan dua hari sebelumnya menjadi empat hari Kemudian Dia meninggikan (Istawa ila) langit dan dan langit itu masih merupakan asap..melengkap dan menyelesaikan ciptaannya seperti 7 langit dalam dua hari, artinya Kamis dan Jumat
Pada rekaman Hadis Muslim, Book 039, Number 6707, Abu Huraira melaporkan bahwa Nabi menggenggam tanganku dan berkata: Allah yang Maha Agung dan Mulia menciptakan: Tanah pada hari Sabtu dan Gunung pada hari Minggu dan Pepohonan pada hari Senin dan Segala yang berkaitan kelengkapan pekerjaan pada Selasa dan cahaya pada hari Rabu dan Dan menyebarkan Binatang pada hari Kamis dan Adam setelah ashar pada hari Jum‟at, ciptaan terakhir pada hari Jum‟at antara Sore dan Malam
Tiga laporan mengenai penciptaan langit dan bumi di atas, sudah menegaskan bahwa: Bumi diciptakan terlebih dahulu baru kemudian langit. Masih mengenai Surat 41:11 “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu..”
Dalam Asbabun Nuzul surat Al Iklas 112:1-4, Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”
Riwayat Abu Syaikh di dalam kitabul Adhamah dari Aban yang bersumber dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar menghadap kepada Nabi SAW. dan berkata: “Hai Abal Qasim! Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam dari tanah hitam, Iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi dari buih air. Cobalah terangkan kepada kami tentang Tuhanmu.” Rasulullah SAW tidak menjawab, sehingga turunlah Jibril membawa wahyu surat ini (S.112:1-4) yang melukiskan sifat Allah. Dari hadis di atas, kita ketahui bahwa tidak ada penolakan mengenai asal muasal Langit, Adam, Iblis dan Bumi. Terdapat fakta menarik yang disebutkan di surat 41, yaitu setelah penciptaan Bumi, Langit masih beberbentuk kabut kemudian hadis mengisyaratkan pernyataan yang sama dari kaum yahudi bahwa langit diciptakan dari kabut sehingga penciptaan semesta dari agama-agama Abrahamik lebih mendekati hipotesis kabut daripada hipotesis Big Bang. Surat 41, 51, 21 dan 79 termasuk golongan Almakiyah (sebelum Hijrah ke Medinah, 620 M) dan urutan turunnya surat adalah tertera demikian. Ayat 112, ada yang mengganggap sebagai Al Makiyyah, sementara As suyuti menganggap sebagai Al Madaniyya Penegasan terakhir mengenai penciptaan Bumi dan Langit adalah melalui surat Al Baqarah yang diturunkan Allah di 2 H (624 M). Surat ini termasuk golongan surat Al madaniyya yang turun lebih belakangan dari surat Al Makiyya lainnya yaitu 41, 51, 21 dan surat 79. Di surat Al Baqarah 2:29, Muhammad dan Jibril bersabda bahwa: Ia yang menjadikan segala sesuatunya untukmu di Bumi. Kemudian Ia meninggikan (Iswata ila) langit dan dijadikanNya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Setelah semuanya siap, di dilanjutkan dengan penciptaan Adam di Al Baqarah 2:30-36, surat itu memperkuat surat-surat penciptaan manusia
yang turun sebelumnya yaitu di 7:10-24, 15:26-33 dan 38:71-84. Disebutkab bahwa Adam diciptakan dari tanah kemudian Allah berkata, „Jadilah!‟ [3:59] Pernyataan di surat Al Baqarah 2:29-36 sangat jelas, terstruktur dan ada urutannya! yaitu menciptakan Bumi, kemudian langit plus 7 langit dan terakhir Penciptakan Manusia. Jadi, saat manusia diciptakan maka penciptaan langit sudah final, tidak ada pengembangan langit lagi. Bukti itu ada di ayat 2:31 Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”
Ada pendapat yang mengatakan bahwa 7 langit adalah 7 lapisan Atmosfir. Di jaman awal Islam, Mujahid, Qatadah and Ad-Dahhak dalam tafsir Ibn Kathir untuk surat 32:4-6 yang di kutip lagi oleh Ibn kathir untuk tafsir surat 13:2-4 , dinyatakan bahwa jarak Bumi dan lapisan langit serta antar lapisan langit adalah 500 tahun [jadi sekitar 3500 tahun]. Jelas sudah bahwa 7 langit adalah bukan atmosfir, sesuai dengan bunyi surat di qur‟an maka langit yang dimaksudkan adalah „surga‟: Surat Al Najm 53:14-15, (yaitu) di Sidratil Muntaha.Di dekatnya ada syurga tempat tinggal..
Jalaluddin as-Suyuthi (pengarang tafsir Ad-Durr al-Mantsur fi Tafsir bi al-Ma‟tsur) menjelaskan berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Wahhab ibnu Munabbih bahwa Allah Swt. menciptakan `arsy dan kursi (kedudukan) dari cahaya-Nya. `Arsy itu melekat pada kursi. Para malaikat berada di tengah-tengah kursi tersebut. `Arsy dikelilingi oleh empat buah sungai, yaitu: 1.sungai yang berisi cahaya yang berkilauan; 2.sungai yang bermuatan salju putih berkilauan; 3.sungai yang penuh dengan air; dan 4.sungai yang berisi api yang menyala kemerahan. Para malaikat berdiri di setiap sungai tersebut sambil bertasbih kepada
Allah. Hadis yang menyebutkan 7 langit adalah Surga: Sahih Bukhari pada Vol.1, Buku9, No. 608, yang dinarasikan Anas Bin Malik, yaitu saat perjalanan Isra‟ Mira‟j naik hingga kelangit ke 7 dikatakan oleh Nabi Muhammad bahwa Ia dibawa keliling langit dan kemudian Ia lihat ditepi Sungai, Ia lihat Istana yang dibangun dari Mutiara dan Jamrud.. Sahih Bukhari Vol.1 Buku 8 no.345, diriwayatkan Abu Dhar, Muhammad berkata, saat ia mencapai Langit pertama. Ia berjumpa Adam bersama jiwa-jiwa anak cucunya pada sisi kanan dan kiri Adam, dimana yang dikanannya merupakan penghuni Surga dan dikirinya adalah penghuni neraka.. Sahih Bukhari Vol.4 Buku 54 no. 426, diriwayatkan Malik Bin Sasaa, Muhammad berkata ketika Ia mencapai langit ke 7, Ia bertemu Abraham disana dan melihat Bait-Al-Ma‟mur (Rumah Allah) yang didalamnya 70.000 malaikat yang berbeda yang melakukan sholat setiap harinya. Ia lihat pula Sidrat-ul-Muntaha, Buah Nabk, daun seperti telinga gajah, dan empat sungai….sungai Nil dan Euphrate…[Abas Malik meriwayatkan...dan 4 Sungai mengalir, dua terlihat dan dua tidak..yang terlihat adalah Nil dan Euphrates (Hadis Bukhari Vol. 5 Buku 58 No.227); Abu Huraira meriwayatkan Nabi berkata: Saihan, Jaihan, Euphrates dan Nil adalah nama-nama sungai di Firdaus(Sahih Muslim 040 no 6807)] Kesimpulan penciptaan menurut Agama-agama Abrahamik Penciptaan versi Al Qur‟an hanya menjelaskan dalam lingkup penciptaan bumi dan langit yang kedudukannya sederajad, bukan penciptaan tata surya dan alam semesta. Fungsi bintang-bintang dan bintang besar bukanlah seperti Matahari, namun sebagai Penghias langit, Pelempar setan dan Petunjuk navigasi. Bumi diciptakan duluan baru kemudian langit dan segala isinya!. Penciptaan manusia dilakukan setelah penciptaan Langit dan segala isinya selesai. Jadi penciptaan versi Al Qur‟an tidak ada relevansinya dengan Big Bang yang selama ini di dengung-dengungkan oleh Harun Yahya.
D. Penciptaan Alam Semesta Menurut Hindu Dalam Matsya Purana 2.25-30, penciptaan diceritakan terjadi setelah Mahapralaya, leburnya alam semesta, kegelapan di mana-mana. Semuanya dalam keadaan tidur. Tidak materi apapun, baik yang bergerak maupun tak bergerak. Lalu Svayambhu, self being, menjelma, yang merupakan bentuk diluar indra. Ia menciptakan air/cairan pertama kali, dan menciptakan bibit penciptaan didalamnya. Bibit itu tumbuh menjadi telur emas. Lalu Svayambhu memasuki telur itu, dan disebut Visnu karena memasukinya.
Rg. veda tidak menjelaskan sejarah manusia, tapi menjelaskan evolusi semesta. Ayat-ayat/sloka mantram tersebut memberikan penjelasan yang padat, efektif dan sederhana atas apa yang dinyatakan Rg.Veda.
Filsafat Hindudalam Rgveda,menyatakan bahwa Penciptaan merupakan manifestasi dari Yang Maha Kuasa.
“Semua adalah Purusa, apapun yang telah terjadi dan apapun yang akan terjadi. Ia adalah tuan dari kekekalan, yang tumbuh dari makanan. Ia dinyatakan mempunyai ribuan kepala, ribuan mata dan ribuan kaki. Ia membungkus Bhumi dari segala penjuru, dan ada di luar berbentuk sepuluh jari. Semua hanyalah Purusa, “- Rgveda 10.90.1-2, Chandogya Upanisad 3.14.1 menyatakan bahwa semuanya adalah Brahman. Tidak ada neraka abadi karena bahkan neraka pun tidak bisa dipisahkan dengan Tuhan. Bahkan, tidak ada surga atau neraka pada akhir jaman. Semesta hanyalah manifestasi dari Yang Kuasa, dan akhir dari siklus semesta yang sekarang disebut “Mahapralaya” saat semua kembali pada Purusa. Di akhir jaman, tidak ada surga, tidak ada neraka dan tidak ada jiwa. Dalam Rgveda, kata “Purusa” bisa berarti manusia/laki-laki (man). Secara etimologis, Purusa berarti orang yang menghuni kota (Pura). “Pura” sendiri berarti tempat yang dihuni oleh penjaga/ penghuni. Purusa disebut juga Rahim Emas, Purusa disebut juga Brahmanda, Purusa disebut juga Martanda.
Purusa disebut juga Prajapati [Satapatha Brahmana 7.4.1.15, Jaiminya Brahmana 2.47]., Purusa disebut juga Brhaspati, sang penguasa Ekspansi, menciptakan alam semesta seperti seorang seniman [Rigveda 10.72.2]. Purusa disebut juga Lopramudra, Purusa disebut juga Agastya, Hasil Agastya dan istrinya Lopamudra adalah Purusa, Purusa disebut juga Indra, Purandara (Pembelah kota), Purusa disebut juga Virata Penutup batas. Apapun yang membesar lebih dari Purusa adalah Purusa. Purusa disebut juga Aditi, Purusa disebut juga daksa yang saling melahirkan, Daksa dan Aditi yang saling melahirkan, yang melahirkan adalah Purusa yang dilahirkan adalah Purusa. RigVeda menjelaskan bahwa sebelum penciptaan Alam semestadalam bentuk tak berwujud yang disebut rahim emas, rahim dari semesta atau Hiranyagharba “Sebelum penciptaan adalah rahim emas, ia adalah tuan dari segala yang lahir. Ia memegang bumi.” -Rgveda 10.121.1 Saat Penciptaan Semesta, Purusa/Prajapati/Brahman menciptakan dua kekuatan yang disebut Purusa yaitu kekuatan hidup (batin/nama) dan Prakerti (pradana/rupa) yaitu kekuatan kebendaan. Kemudian timbul “cita” yaitu alam pikiran yang dipengaruhi oleh Tri Guna yaitu Satwam (sifat kebenaran/Dharma), Rajah (sifat kenafsuan/dinamis) dan Tamah (Adharma/kebodohan/apatis). Kemudian timbul Budi (naluri pengenal), setelah itu timbul Manah (akal dan perasaan), selanjutnya timbul Ahangkara (rasa keakuan). Setelah ini timbul Dasa indria (sepuluh indria/gerak keinginan) yang terbagi dalam kelompok; Panca Budi Indria yaitu lima gerak perbuatan/rangsangan: Caksu indria (penglihatan), Ghrana indria (penciuman), Srota indria (pendengaran), Jihwa indria ( pengecap), Twak indria (sentuhan atau rabaan) Panca Karma Indria yaitu lima gerak perbuatan/penggerak: Wak indria(mulut), Pani (tangan), Pada indria (kaki), Payu indria (pelepasan), Upastha indria (kelamin) Setelah itu timbulah lima jenis benih benda alam (Panca Tanmatra): Sabda Tanmatra(suara), Sparsa Tanmatra (rasa sentuhan), Rupa Tanmatra(penglihatan), Rasa Tanmatra (rasa), Gandha Tanmatra
(penciuman). Dari Panca Tanmatra lahirlah lima unsur-unsur materi yang dinamakan Panca Maha Bhuta, yaitu Akasa (ether), Bayu (angin), Teja (sinar), Apah (zat cair) dan Pratiwi (zat padat.) Keadaan Sebelum Penciptaan Keadaan sebelum penciptaan disebut dalam Nasadiya sukta yang mengisahkan asal mula alam semesta di Rgveda 10.129: 1.Tiada yang termanifestasikan atau tak termanifestasikan. Sehingga tiada debu dan tiada langit di luarnya. Apa yang melingkupinya, di mana naungannya? Apa suara yang dalam dan tak-terjelaskan itu? 2.Tiada kematian. Tiada perbedaan antara siang dan malam. Hanya Ia atas kehendakNya sendiri tanpa udara. Tiada apapun selain itu. 3.Sebelumnya hanya ada kegelapan, semuanya ditutupi kegelapan. Semuanya hanya cairan yang tak terpisahkan (Salila). Apapun itu, ditutupi dengan kekosongan. Yang satu lahir dari panas. 4.Sebelum itu (sebelum penciptaan) keinginan (untuk mencipta) bangkit dari diriNya, lalu dari pikiranNya bibit pertama lahir. Manusia yang bijak dalam berpikir menemukan yang termanifestasikan terikat dengan yang tak-termanifestasikan. 5.Cahayanya menyebar menyamping, ke atas dan bawah. Ia menjadi pencipta. Ia menjadi besar atas kehendaknya sendiri ke bawah dan atas. 6.Siapa yang tahu, siapa yang akan memberitahu dari mana dan mengapa penciptaan ini lahir, karena dewa-dewa lahir setelah penciptaan ini. Sehingga, siapa yang tahu dari siapa semesta ini dilahirkan. Sebelum penciptaan yang ada hanya kosong. Belum ada ruang maupun waktu. Tak ada materi. “Pada mulanya sama sekali tiada apapun. Tiada surga, tiada bumi dan atmosfer.” -Taittiriya Brahmana 2.2.9.1 “Seluruh semesta termasuk bulan, matahari, galaksi dan planet-planet ada didalam telur. Telur ini dikelilingi oleh sepuluh kualitas dari luar.” -Vayu Purana 4.72-73 “Di akhir dari ribuan tahun, Telur itu dibagi dua oleh Vayu.” -Vayu Purana 24.73 “Dari telur emas, alam material diciptakan.” -Manusmrti 1.13
Ketika alam semesta berekspansi, Ia juga diberi nama Virata yang diturunkan dari akar kata „Vr‟ yang artinya untuk menutupi yang juga berarti „sangat besar.
“Vrtra menutupi kesemua tri loka.” -Taittiriya Samhita 2.4.12.2 “Vrtra berada jauh diatas di Antariksa.” -Rgveda 2.30.3
Tri loka melukiskan alam semesta, jadi disini Vrtra menutupi alam semesta. Jika Vrtra ada dibatas alam semesta, ia bisa dikatakan berada ditempat yang jauh sekali.
Dalam Rgveda 1.32dilukiskan bahwa Vrtra (sang ular) menahan air, di matra 12 dijelaskan menjelaskan bahwa kekalahan Vrtra dari Indra membebaskan tujuh sungai untuk mengalir. Pembebasan tujuh sungai (sapta sindhu) oleh Indra bukanlah disebutkan hanya satu kali, tapi berulang-ulang kali dalam Rgveda. Ide dimana ular menahan air juga ditemukan dalam manuskrip yang berbeda-beda diseluruh dunia.
Mitos dari Quiches, suku Indian di Amerika Selatan, bisa ditemukan di Popol Vuh. Suku Quiches percaya bahwa pada mulanya adalah air dan ular berbulu.
Dalam Rgveda 4.17.13 Indra disebut sebagai Asanimana yang artinya Ia yang menguasai petir. Lebih lanjut dalam Kausitaki Brahmana 6.9, Indra disebut sebagai Asani (petir). Satapatha Brahmana mengatakan:
“Siapakah Indra dan siapakah Prajapati? Petir adalah Indra dan Yajna adalah Prajapati.” -Satapatha Brahmana 11.6.3.9
Teori penciptaan Veda lebih jauh dijelaskan dalam Bhagavata Purana/ Srimad Bhagavatam; Srimad Bhagavatam (3.11.41) menjelaskan: “Lapisan-lapisan unsur yang menutupi alam semesta, masing-masing sepuluh kali lebih tebal dari lapisan sebelumnya, dan kumpulan seluruh alam semesta bersama-sama kelihatan bagai atom-atom dalam kombinasi yang besar.” Srimad Bhagavatam (5.20.43-46): “Matahari berada di pertengahan alam
semesta, yaitu di wilayah ruang (antariksha) antara Bhurloka dan Bhuvarloka” Sementara itu pada Srimad Bhagavatam skanda 5 bab 24 mengarakan munculnya alam semesta dari pori-pori Tuhan dalam wujud Karanodakasayi Visnu, dari sini muncul Garbhadakasayi Visnu yang berikutnya dari pusar beliau muncul bentuk yang menyerupai bunga padma. Di atas bunga padma inilah Tuhan menciptakan mahluk hidup yang pertama, yaitu Dewa Brahma. Dewa Brahma diberi wewenang sebagai arsitek yang menciptakan susunan galaksi besarta isinya dalam satu alam semesta yang dikuasainya. Alam semesta berjumlah jutaan dan tidak terhitung banyaknya yang muncul dari pori-pori Karanodakasayi Visnu dan setiap alam semesta memiliki dewa Brahma yang berbeda-beda. Ada Dewa Brahma yang berkepada 4 seperti yang dijelaskan menguasai alam semesta tempat bumi ini berada. Dan ada juga Brahma yang lain yang memiliki atribut yang berbeda, berkepala 8, 16, 32 dan sebagainya. Yang jelas dapat disimpulkan bahwa Brahma adalah merupakan kedudukan dalam sebuah alam semesta dan di seluruh jagad material terdapat sangat banyak dewa Brahma, bukan saja dewa Brahma bermuka empat yang telah biasa dibicarakan oleh umat Hindu saat ini. Hal pertama yang diciptakan Brahma dalah susunan benda antariksa, planet, bintang dan sejenisnya mulai dari tingkatan paling halus sampai dengan yang paling kasar. Dalam penciptaan ini dijelaskan bahwa Tuhan menjelma sebagai Ksirodakasayi Visnu dan masuk kedalam setiap atom. Inilah kemahahebatan Tuhan sebagai maha ada dan menguasai setiap unsur dalam ciptaannya. Setalah itu Dewa Brahma menciptakan berbagai jenis kehidupan mulai dari para dewa, elien, mahluk halus, binatang, tumbuhan sampai pada virus yang berjumlah 8.400.000 jenis kehidupan.
Lebih lanjut dalam Rgveda bab II.72.4 disebutkan “Aditer dakso ajayata, daksad uaditih pari” artinya : Dari aditi (materi) asalnya daksa (energi) dan dari daksa (energi) asalnya aditi (materi)
Mengakomodir pemaparan ayat-ayat Veda tentang penciptaan alam semesta, Veda mengajukan teori baru yang berbeda dengan teori
penciptaan yang umum dikenal sekarang. Secara garis besar Veda mengatakan bahwa alam semesta muncul dari pori-pori Tuhan yang merupakan energi maha besar dan berikutnya berkembang dan terus meluas membentuk materi yang memenuhi semesta raya. Lebih Srimad Bhagavatam dalam skanda yang sama menjelaskan pada akhir peleburan suatu alam semesta, alam semesta akan kembali masuk kedalam pori-pori Tuhan. Sementara itu pada akhir abad ke-20 para ilmuan mengamati adanya lubang hitam yang memiliki medan gravitasi sangat besar dan bahkan menarik cahaya masuk kedalamnya, benda inilah yang disebut sebagai Black Hole. Jadi dikaitkan dengan fenomena tertariknya materi termasuk cahaya kedalam lubang hitam ini, penulis mengajukan hipotesa dengan nama baru sesuai dengan konsep penciptaan dan peleburan alam semesta versi Veda, yaitu konsep Black Hole – White Hole. Black Hole adalah sebagai lubang tempat materi (aditi) kembali berubah menjadi energi (daksa) dan White Hole adalah lubang tempat energi (daksa) berubah menjadi materi (aditi). Dari satu White Hole akan terbentuk gelembung besaryang pada akhirnya membentuk satu alam semesta yang antara satu alam semesta dengan alam semesta lainnya masing-masing dibatasi oleh tegangan permukaan/lapisan yang sangat kuat [lihat Srimad Bhagavatam (3.11.41)]. Dalam satu alam semesta sendiri juga terbentuk gelembung-gelembung (phena) yang memberi jarak yang tidak merata antara satu susunan galaksi dengan yang lainnya [lihat Satapatha Brahmana 6.1.3.2]Sementara itu di jagad raya terdapat jutaan White Hole yang masing-masing memunculkan satu gelembung alam semesta.
D. Teori penciptaan modern
Teori penciptaan modern yang saat ini diakui secara luas adalah teori Big Bang. Salah satu asumsi penting yang mendasari kosmologi Big Bang adalah alam semesta dimana-mana sama (uniform). Artinya seluruh bagian alam semesta mempunyai massa jenis dan struktur yang
sama. Dengan pertimbangan tersebut, pemilihan unit untuk dispersi massa-energi menjadi sangat penting. Kita tahu bahwa planet-planet dan bintang-bintang tidaklah terdistribusi merata. Para ilmuwan memilih skala yang lebih besar, pada awalnya dipercayai galaksi tersebar secara merata diseluruh angkasa luar.
Ketika Hubble melakukan survey pada 44,000 galaksi, Sayangnya ia tidak menemukan distribusi merata, bahkan ia menemukan pengelompokan (clustering). Penelitiannya dilanjutkan oleh Fritz Zwicky pada tahun 1938 yang menemukan juga bahwa galaksi mengelompok dan tidak terdistribusi merata. Hal ini yang mendasari bahwa kelompok galaksi (cluster of galaxies) adalah unit yang cocok dan kelompok galaksi ini tersebar secara merata di angkasa.
Galaksi kita, Bima Sakti, adalah bagian dari kelompok duapuluh lima galaksi. Astronomer Perancis Gerard de Vaucouleurs melakukan penelitian dalam skala yang lebih besar lagi pada tahun 1950, dan menemukan bahwa kelompok galaksi juga tidak terdistribusi merata. Ia mengelompokkan galaksi dalam supercluster yang mempunyai rentang 200 juta-tahun-cahaya. Para ilmuwan kemudian percaya bahwa supercluster galaksi ini adalah unit yang lebih tepat karena semesta tampak terdistribusi merata. Tapi ada lagi penemuan baru yang mendapatkan bahwa supercluster terletak pada gelembung raksasa. Didalam gelembung adalah rongga besar tanpa ada galaksi hampir tak ada massa dan energi.
Uniknya Veda mempunyai referensi tentang struktur raksasa ini pada Satapatha Brahmana:
“Ketika Apah dipanaskan, gelembung (Phena) tercipta” -Satapatha Brahmana 6.1.3.2
Definisi Apah sudah dijelaskan diatas bahwa itu bukan semata-mata air. Ada cukup referensi untuk membuktikan bahwa orang suci Veda menganggap Apah melingkupi seluruh alam semesta. Dengan tanpa mengetahui arti sains dari Apah, semua agama dan mitologi
membicarakan alam semesta yang ditutupi oleh air pada awal penciptaan.
Mantram yang dikutip diatas, dengan jelas membuktikan bahwa orang suci Veda berpendapat bahwa tegangan permukaan bekerja sehingga Apah menjadi berbentuk gelembung. Ditemukannya gelembung raksasa dalam skala besar pada struktur alam semesta membuktikan adanya tegangan permukaan dalam evolusi semesta. Karena ilmu pengetahuan modern gagal memasukkan tegangan permukaan dalam teori Big Bang, tak heran setelah tujuh puluh tahun riset yang terus menerus belum juga mampu memprediksi evolusi alam semesta. Sebabnya jelas. Seluruh framework Big Bang adalah salah, dan kini saatnya Teori Veda, White Hole – Black Hole menjadi alternatif teori penciptaan modern
Created and edited by wulan nurfadilah sulistiani
Class : 1ka21
Npm : 18110578
Resources from google,ensiklopedia book and my mind
Tidak ada komentar:
Posting Komentar